Kehilangan Tragis Dokter Gaza: 9 Anaknya Tewas Akibat Serangan Udara Israel

1 day ago 11

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Rabu, Mei 28, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

 9 Anaknya Tewas Akibat Serangan Udara Israel
Kehilangan Tragis Dokter Gaza: 9 Anaknya Tewas Akibat Serangan Udara Israel. (Dok. Pertahanan sipil Gaza)

PEWARTA.CO.ID - Duka mendalam menyelimuti seorang dokter anak di Jalur Gaza, Alaa al-Najjar, setelah sembilan dari sepuluh buah hatinya meninggal dunia dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah mereka di wilayah Khan Younis, Gaza Selatan.

Tragedi memilukan ini terjadi ketika sang ibu sedang bertugas di rumah sakit tempat ia bekerja.

Malam kelam di Khan Younis

Peristiwa tragis tersebut terjadi pada Jumat (23/5/2025), saat dr. Alaa al-Najjar tengah bertugas merawat korban konflik di Rumah Sakit al-Tahrir, bagian dari Kompleks Medis Nasser.

Tak disangka, ia harus menyaksikan anak-anaknya sendiri menjadi korban serangan yang sama.

Tubuh hangus tujuh dari sembilan anaknya dibawa ke rumah sakit, sementara dua lainnya masih terjebak di bawah puing bangunan yang terbakar.

Anak-anak korban pengeboman ini berusia antara enam bulan hingga 13 tahun.

Satu-satunya anak yang selamat mengalami luka serius. Suaminya, dr. Hamdi al-Najjar, juga mengalami luka parah dan kini dalam perawatan intensif.

Sebelum rumah mereka dibom, pasangan suami istri ini sempat berangkat kerja bersama.

Namun, dr. Hamdi kemudian kembali ke rumah, tak lama sebelum serangan terjadi.

Bom Israel menghantam kawasan pemukiman mereka di Qizan al-Najjar, menghancurkan rumah dan mengakhiri hidup sembilan anak mereka.

Detik-detik penuh kepiluan

Tim penyelamat dari Pertahanan Sipil Palestina mendokumentasikan upaya pencarian dan evakuasi jenazah di lokasi kejadian.

Dalam rekaman yang dirilis, terlihat rumah keluarga tersebut dilalap api sementara para relawan berusaha keras mengevakuasi korban dari reruntuhan, meski kekurangan alat dan dihadapkan pada kerusakan besar.

Ali al-Najjar, saudara dari dr. Hamdi, adalah orang pertama yang tiba di lokasi setelah mendapat kabar rumah keluarganya dibom.

“Seseorang menelepon kami dan mengatakan bahwa rumah itu telah dibom. Saya bergegas ke sana bahkan sebelum pertahanan sipil tiba,” katanya kepada Middle East Eye.

Ia menemukan saudaranya tergeletak di tanah, sementara putranya ada di sampingnya dalam kondisi mengenaskan.

Tidak lama setelah itu, dr. Alaa tiba di lokasi dengan berjalan kaki dari rumah sakit, dalam keadaan panik.

“Ia berlari dengan berjalan kaki dari rumah sakit ke rumah,” tuturnya.

“Empat anaknya ditarik keluar, hangus, tepat di depan matanya,” katanya.

Ali juga menceritakan kepedihan keluarganya karena dua anak, Yahya (13) dan Sidra (6 bulan), masih belum ditemukan pada malam itu.

“Tujuh anak ditarik dari bawah reruntuhan, dan dua Yahya, 13 tahun, dan Sidra, baru berusia enam bulan masih hilang. Kami tidak dapat menemukan mereka,” ujarnya.

“Ibu mereka bahkan tidak dapat mengenali mayat-mayat itu, anak-anak itu terbakar sangat parah sehingga ia tidak dapat membedakan siapa yang mana.”

Ali pun mempertanyakan motif di balik serangan tersebut.

“Saya tidak tahu mengapa mereka menjadi sasaran. Mengapa mereka menargetkan saudara laki-laki saya? Tidak ada alasan, kecuali jika istrinya adalah seorang dokter.”

Pekerja medis: Antara tugas dan kehilangan

Tragedi yang menimpa keluarga al-Najjar menjadi potret menyakitkan dari risiko yang dihadapi para tenaga kesehatan di Gaza. Sejak 7 Oktober 2023, sedikitnya 1.400 tenaga medis Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel.

“Inilah realitas yang dialami staf medis kami di Gaza. Kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan rasa sakitnya,” ujar Dr. Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina, dalam pernyataannya di platform X.

“Di Gaza, bukan hanya pekerja kesehatan yang menjadi sasaran. Agresi Israel lebih jauh lagi, memusnahkan seluruh keluarga.”

Selain korban dari sektor kesehatan, sebanyak 111 anggota pertahanan sipil juga telah kehilangan nyawa.

Korban anak-anak terus bertambah

Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 53.800 warga Palestina telah meninggal dunia akibat agresi militer Israel, termasuk lebih dari 16.500 anak-anak.

Di antara jumlah tersebut, terdapat:

  • 916 bayi di bawah usia satu tahun,
  • 4.365 anak berusia 1–5 tahun,
  • 6.101 anak berusia 6–12 tahun, dan
  • 5.124 remaja berusia 13–17 tahun.

Jumlah ini masih berpotensi bertambah karena ribuan orang lainnya belum ditemukan dan diduga terkubur di bawah reruntuhan bangunan.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |