Nimas Taurina
Sabtu, September 13, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi - Hilirisasi emas dan nikel. |
PEWARTA.CO.ID — Pemerintah terus mendorong hilirisasi emas dan nikel sebagai strategi utama untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya ini diyakini mampu meningkatkan daya saing, membuka lapangan kerja, serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
Hilirisasi bukan sekadar mengekspor bahan mentah, melainkan mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi (value added). Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi luar biasa: 17,11 miliar ton bijih emas dan cadangan nikel terbesar di dunia, yakni 55 juta ton atau sekitar 42,31 persen cadangan global.
Pemanfaatan emas melalui hilirisasi dapat menghasilkan produk bernilai tinggi, mulai dari perhiasan berkualitas hingga komponen elektronik. Sementara nikel menjadi primadona karena menjadi bahan utama baterai kendaraan listrik (EV), sektor yang tengah berkembang pesat di dunia.
Pemerintah menargetkan hilirisasi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Dampaknya sudah terlihat, salah satunya dari peningkatan nilai ekspor nikel. Dalam enam tahun terakhir, nilai ekspor melonjak 10 kali lipat, dari 3,3 miliar dolar AS menjadi 33,5 miliar dolar AS.
Selain itu, investasi smelter dan pabrik baterai juga memicu pertumbuhan di sektor konstruksi, energi, logistik, hingga jasa keuangan. Saat ini, enam perusahaan otomotif global sudah menanamkan modal Rp15,52 triliun untuk membangun fasilitas produksi mobil listrik dengan kapasitas 305 ribu unit per tahun.
Salah satu BUMN yang memainkan peran penting adalah PT Aneka Tambang Tbk (Antam), anggota holding tambang MIND ID. Antam tidak hanya memproduksi emas batangan yang menjadi acuan investasi domestik, tetapi juga perhiasan dan produk emas olahan.
Di sektor nikel, Antam menjadi pemain kunci dalam penyediaan bahan baku stainless steel global serta mitra strategis proyek baterai bersama LG dan CATL. Antam mengelola cadangan nikel konsolidasi sebesar 500 juta wet metric ton di Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua.
Pada kuartal II 2025, Antam mencatat sejarah baru dengan penjualan emas 29.305 kilogram atau 942.178 troy ounce tertinggi sepanjang perjalanan perusahaan. Penjualan nikel juga solid dengan produksi 9,10 juta wmt bijih nikel dan penjualan 8,20 juta wmt.
Laba bersih Antam melonjak 451 persen, dari Rp1,3 triliun di semester I 2024 menjadi Rp7,1 triliun pada semester I 2025. Kenaikan ini didorong oleh strategi hilirisasi terintegrasi serta harga komoditas global yang stabil tinggi.
Sebagai bentuk apresiasi, Antam juga membagikan dividen Rp3,6 triliun untuk tahun buku 2024, menandakan prospek cerah dan komitmen kuat kepada pemegang saham.
Langkah hilirisasi emas dan nikel membawa Indonesia keluar dari pola lama ekspor bahan mentah. Kini, produk olahan menjadi sumber nilai tambah yang mempercepat transformasi manufaktur, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan konsistensi kebijakan, kolaborasi BUMN, dan dukungan investor global, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi kekuatan ekonomi baru di panggung internasional.